Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution. (FOTO ANTARA/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution menilai tantangan menjaga ekonomi nasional pada 2013, akan lebih berat dibanding 2012 seiring dengan kondisi global yang belum kondusif.

"Ekonomi Indonesia cukup stabil pada tahun ini. Pada 2013, tantangannya lebih berat untuk menjaga kondisi ekonomi tetap stabil seperti saat ini menyusul ekonomi eksternal yang masih belum kondusif," ujar Darmin di Komisi XI DPR di Jakarta, Selasa.

Ia menambahkan, meski ekonomi AS menunjukan tanda-tanda perbaikan namun kondisinya masih berjalan lambat dan belum berpengaruh signifikan.

Sementara China dan Jepang, lanjut dia, sedikit mulai terpukul sehingga kondisi tersebut menambah kekhawatiran akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dunia.

Mencermati hal itu, Darmin mengatakan, BI akan menempuh berbagai kebijakan dengan tetap menjaga keseimbangan eksternal dan mengarahkan inflasi pada sasarannya.

Selain itu BI juga tengah menyiapkan fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam pengawasan dan pengaturan perbankan sehingga pada 2014 dapat langsung berjalan.

Menurut Darmin, ada dua kelompok yang menjadi tantangan bagi BI di 2013 mendatang. Pertama, risiko dari rendahnya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dunia dan volume perdagangan dunia, sehingga membawa kinerja PDB nasional pada kisaran bawah.

"Pada Triwulan III-2012 perekonomian Indonesia tumbuh 6,2 persen ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Ke depannya, ekspor diperkirakan akan membaik. Pertumbuhan ekonomi 2012 di perkirakan 6,3 persen," katanya.

Kedua, lanjut Darmin, adanya peningkatan tekanan inflasi yang antara lain disebabkan faktor risiko seperti kendala pasokan dan produksi bahan makanan, kenaikan harga energi serta meningkatnya ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang berpotensi memicu tekanan nilai tukar rupiah.

"Guna mengantisipasi situasi itu, BI menetapkan sasaran strategis 2013, antara lain menjaga kondisi moneter, stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran sistem pembayaran, aman dan efisiensi," ujar Darmin.

Darmin mengatakan, dalam upaya mendukung kinerja BI untuk mencapai sasaran strategis, pihaknya membutuhkan anggaran pengeluaran operasional senilai Rp5,55 triliun.

"Kami menargetkan penerimaan operasional sebesar Rp16,74 triliun," katanya.

Darmin memaparkan, sedianya anggaran pengeluaran operasional itu digunakan untuk gaji dan penghasilan lainnya sebesar Rp2,32 triliun, pengembangan dan pemeliharaan SDM Rp1,56 triliun.

Kemudian untuk logistik Rp594 miliar, penyelenggaraan operasional kegiatan pendukung Rp321 miliar, program sosial BI dan pemberdayaan sektor riil Rp126 miliar, pajak Rp492 miliar, dan cadangan anggaran Rp135 miliar.